Seorang lelaki memandang etalase akuarium di sebuah pasar ikan hias. Matanya terasa segar seperti “dicuci”, sehabis melihat beraneka ikan terpampang dengan begitu sehat. Para penjual di sana merawatnya sebaik mungkin.
Ia berhenti di salah satu penjual. Matanya tajam mengamati seekor hewan yang menurutnya sedikit unik. Ia tahu, seyogianya hewan itu, jika dilihat dari bentuknya, bersifat amfibi. Bisa hidup di darat dan di air. Ia kaget, karena hewan itu sepenuhnya tinggal dalam air.
Kemarin saya baru belanja di pasar ikan hias. Niatnya mencari ikan Discus. Masih ada akuarium yang kosong, bisa diisi dua sampai tiga ekor ikan lagi. Sepanjang mencarinya, malah tidak dapat.
Ya, saya mengerti, penjual jarang menjual Discus. Ikan ini sulit dirawat. Harus bersih lingkungannya. Suhu udaranya wajib hangat. Butuh alat pemanas air dalam akuarium.

Karena Discus kosong, maka saya carilah yang lain. Saya menemukan Labi-Labi. Pertama melihat, saya kira itu kura-kura. Berwarna cokelat abu-abu seperti kayu lapuk. Punya cangkang yang sekilas terlihat keras.
Hidungnya rungcing sedikit maju. Lehernya elastis, bisa terulur lumayan panjang. Ia suka tinggal di dasar akuarium dan sesekali berenang-renang ke permukaan, seperti ingin mengambil udara.

“Ini kura-kura ya, Mas?” tanya saya pada penjual. “Bukan, Mas. Itu Labi-Labi,” kata si penjual. Saya mengernyitkan dahi. Jujur, saya baru tahu nama itu saat itu.
“Oh, Labi-Labi. Ini bukannya sejenis kura-kura ya? Berarti, kalau pelihara dalam akuarium, harus ada tempat keringnya ya?” tanya saya lebih lanjut. “Tidak perlu, Mas. Labi-labi hidup dalam air. Bisa disatukan dengan ikan lain. Menemani Lou Han juga boleh,” jawabnya.
Saya langsung teringat Lou Han di rumah. “Hmm… bagus juga idenya. Kasihan, Lou Han sendirian di akuarium,” gumam saya. Saya juga paham, Lou Han tidak boleh sembarangan diberi teman.
Ia suka menyerang dan merusak sirip ikan yang dianggap lemah. Kalau kecil, dilahapnya. Berhubung Labi-Labi ini bercangkang, saya jadi merasa aman menjadikannya tank mate (teman dalam akuarium).

“Berapa, Mas, harganya?” tanya saya lagi. “Oh, itu sekitar 80.000 per ekor,” jawab si penjual. Saya tawarlah separuhnya. “Bagaimana kalau 40.000, tetapi saya ambil dua?”
Saya paham, para penjual ikan terkadang menaruh harga bisa berubah-ubah. Tergantung jenis ikan dan kualitasnya. Leluasa pula kita menawarnya. Karena pembeli adalah raja.
“Baiklah, Mas. Dua ekor, ya,” jawab si penjual setelah berpikir lama. Saya hampir saja melakukan taktik pura-pura pergi, lalu balik kembali. Tetapi, penjualnya sigap ternyata.

Lekaslah ia mengambil saringan, memasukkan dua ekor Labi-Labi yang kecil itu, dan menaruhnya dalam plastik putih berisi air dan oksigen. Lalu ia mengikat ujungnya dengan beberapa karet. Selepas bayar, saya bawa pulang. Saya berpikir, pasti Lou Han senang ada temannya.
Benar saja. Setelah saya masukkan Labi-Labi itu ke akuarium bersama Lou Han, mereka bertiga bisa hidup rukun. Tidak ada yang saling serang. Mulut Lou Han sesekali menyenggol cangkang Labi-Labi, seolah ingin kenalan.

Seputar Labi-Labi
Saya baru sadar bahwa itu adalah ikan, bukan kura-kura. Tahu lebih lengkap, setelah mencari informasinya di media peramban. Tepatnya, dari situs Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Labi – Labi merupakan ikan dengan jenis kura-kura berpunggung (cangkang) lunak yang merupakan anggota suku Trionychidae. Kura-kura ini disebut berpunggung lunak karena sebagian perisainya terdiri dari tulang rawan dan tempurung punggungnya (karapas) dilapisi oleh kulit tebal yang licin.
Penyebutan Labi – Labi di tiap-tiap daerah di Indonesia berbeda-beda. Untuk daerah Pasundan, Jawa Barat, disebut dengan Kuya, Minangkabau, Sumatera Barat, disebut Labi, dan untuk daerah Kalimantan disebut dengan Bidawang.
Di luar Indonesia, hewan ini dikenal dengan nama Asiatic softshell trutle atau common softshell turtle. Namun secara umum, namanya dikenal dengan Labi – Labi atau Bulus.
Bagaimana dengan makanannya?
Tentu, mau memelihara, wajib menyediakan makanannya. Berdasarkan informasi penjual, Labi-Labi mau makan pelet ikan. Biasanya saya beli lima ribuan, bermerek Sakura.

Karena Labi-Labi kebanyakan menghabiskan waktu di dasar akuarium, jika memang mau memberinya pelet, sebaiknya pelet yang bersifat tenggelam, bukan mengapung di permukaan air.
Ternyata, ia juga mau makan udang kering. Harganya lebih mahal. Empat puluh lima ribu, dengan isi lumayan banyak. Saya sempat melihatnya makan dengan lahap, sayang tidak merekamnya.

Akhirnya…
Saya pandang unik juga bisa memelihara “sejenis kura-kura” dalam akuarium. Lucu sekali, menemani ikan Lou Han saya. Anda boleh pula menjadikannya sebagai tank mate ikan lain.
Labi-Labi ramah kok! Tidak mengganggu dia. Hehehe…
…
Jakarta
28 Mei 2021
Sang Babu Rakyat